Tumpangsari Kebun Kopi

Tumpangsari Kebun Kopi

Tumpangsari Kebun Kopi, Mengapa Harus Tumpangsari?

Tumpangsari kebun kopi, kenapa ini penting di lakukan oleh para petani kopi? Dengan tumpangsari makan akan sangat bermanfaat dan juga memaksimalkan tanah lebih maksimal dalam produktifitasnya. Hal tersebut dapat menambah nilai hasil tani karena tanah yang ada bisa dimaksimalkan untuk ditanami tanaman lain selain tanaman kopi.

Sejarah Tumpang Sari

Tumpangsari kebun kopi, secara harfiah istilah tumpangsari merupakan perpaduan dua kata yaitu “tumpang” yang artinya tumpuk dan “sari” yang artinya adalah inti. Jadi tumpangsari bisa diartikan inti yang ditumpuk dalam satu titik, atau lebih jelasnya adalah pola tanam dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan dengan tujuan untuk mendapatkan dua atau lebih “inti” berupa hasil panen. Konon sistem tumpangsari pertamakali dimulai pada abad 19, dimana diHindia Belanda (Indonesia masa penjajahan Belanda) sistem ini pertamakali dilakukan oleh Mollier atas perintah Gubernur Jendral Daendels diwilayah kabupaten Kendal. Dasar pemikiran sang Gubernur Jendral waktu itu adalah kepemilikan lahan petani yang sedikit karena banyaknya penduduk dijawa. Sehingga perlu dibangun sebuah sistem agar kebutuhan bertani penduduk terakomodir namun kelestarian huatan tetap terjaga.

Tumpangsari Kebun Kopi

Keunggulan Dan Konsekuensi Tumpangsari

Selain tujuan untuk mendapatkan dua atau lebih hasil panen dalam satu lahan, sistem tumpangsari juga mempunyai keunggulan lain yaitu; efisiensi lahan dan tenaga kerja, kesuburan tanah lebih terjaga, mengurangi resiko gagal panen, mengurangi emisi gas rumah kaca, serta menjaga suplai pangan yang stabil. Efisiensi lahan lebih mudah dicapai karena petani tidak perlu ekspansi menambah lahan untuk menanam lebih dari satu jenis tanaman.

Dalam penghematan tenaga kerja juga bisa dicapai karena untuk mengolah tanah, menanam, merawat tanaman hingga panen dilakukan pada satu lahan sehingga tidak perlu berpindah-pindah lokasi lahan yang tentunya boros waktu dan jumlah tenaga yang dibutuhkan.

Demikian juga jika beragam jenis tanaman dalam satu lahan mempunyai sifat saling melengkapi sehingga unsur hara dari sisa batang, akar, daun, bunga dan buah yang telah mati dapat diserap oleh tanaman lain yang membutuhkan dalam satu lahan tersebut yang akan menjadikan kesuburan tanah lebih baik. Resiko gagal panen juga bisa lebih ditekan karena dengan kondisi tanah yang makin kaya unsur hara yang berasal dari sisa berbagai tanaman dalam satulahan akan memungkinkan tanaman lain tumbuh dengan lebih baik. Dengan begitu ketersediaan bahan pangan akan lebih stabil dan terjaga.

Konsekuensi dan Resiko Tumpangsari

Disamping terdapat keungulan, sistem tumpangsari juga melekat konsekuensi yang jika tidak tepat dalam perencanaan dan pengelolaannya maka akan menjadi resiko yang berakibat kerugian. Adapun konsukensi tersebut adalah adanya potensi persaingan antar tanaman untuk mendapatkan unsur hara serta tambahan biaya jika ketersediaan air tidak mendukung.

Pemilihan jenis tanaman yang tepat bisa dilakukan sebelum mengolah lahan sehingga perlu perencanaan yang matang sebelumnya. Sebagai contoh tanaman yang akan dipanen daunnya saja bisa ditumpangsari dengan tanaman yang dipanen buahnya. Karena untuk tanaman yang hanya dipanen daunnya saja dia lebih dominan hanya butuh unsur Nitrogen.

Hal ini berbeda dengan tanaman yang dipanen buanya dimana dia butuh unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium yang seimbang. Dengan memahami ini bisa dibuat perencanaan dalam kebutuhan pupuk dimana kebutuhan pupuk dengan unsur Nitrogen lebih banyak dibutuhkan dibandingkan unsur Phospat dan Kalium. Sehingga petani perlu menyediakan pupuk dengan unsur Nitrogen lebih banyak dibandingkan menyediakan pupuk dengan kandungan Phospat dan Kalium. Jika memahami hal ini diharapkan akan terjadi efisiensi sehingga hasil panen lebih optimal dan keuntungan dari harga jual juga meningkat.

Contoh lain yang dilakukan petani kopi Temanggung, dimana mereka melakukan tumpangsari antara tanaman kopi dengan pisang. Meskipun kedua tanaman tersebut sama-sama dipanen buahnya yang berarti keduanya butuh pupuk dengan kandungan Nitrogen, Phospat dan Kalium yang seimbang namun ada keuntungan tersendiri, karena tanaman kopi butuh naungan dari pohon pisang, sementara sisa batang pisang bisa dijadikan penutup tanah dibawah tanaman kopi disaat musim kemarau karena batang pisang yang berair mampu membantu menjaga kelembapan tanah. Keuntungan lainnya adalah panen pisang bisa dilakukan sepanjang tahun tanpa kenal musim yang berbeda dengan tanaman kopi dimana panennya setahun sekali. Sehinga petani bisa merawat tanaman kopi sambil memanen pisang dalam satu rentang waktu sembari menungu waktu panen raya kopi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja